Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa
virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Penyebab utama penyakit
demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae.[3]Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat
menyebabkan penyakit demam berdarah.[5] Keempat virus tersebut
adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.[6] Gejala demam berdarah
baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat
jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda.[5]Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh
setelah infeksi pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit
yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua kalinya.[5] Seseorang dapat
terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun
jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem
imun tubuh yang terbentuk.[6]
Virus dengue dapat masuk
ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes sepertiAedes aegypti betina dan Aedes albopictus.[2][3] Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini.[2] Nyamuk dapat membawa
virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus
tersebut.[2] Sesudah masa inkubasi
virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat
mentransmisikan virus dengue
Tingkat risiko
terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki
antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama.[5] Selain itu, risiko demam
berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12
tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.[5]
Infeksi virus dengue
dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah
(klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue.[7] [8]
Demam berdarah
menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien.[7]Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak
adalah demam dan munculnya ruam.[7]Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala
yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata,
nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit.[7] Penurunan jumlah sel
darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit
(trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah.[7] Pada beberapa epidemi,
pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah,
pendarahan saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat
saat menstruasi (menorrhagia).[7]
Pasien yang menderita
demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti penderita demam
berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi,
fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh
pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah.[7] Adanya kerusakan
pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya
memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga
sering ditemukan pada pasien DBD.[7][8] Salah satu karakteristik
untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam
berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah.[7] Fase kritis DBD adalah
seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang
drastis.[7] Pasien akan terus
berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah.[7] Bila terapi dengan
elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat
setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan
kematian.[7][8]
Sindrom syok adalah
tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami
sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah
klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar
pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat
rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam.[7] Tubuh yang dingin, sulit
tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum
terjadinya syok.[7] Sindrom syok[8] terjadi biasanya pada
anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue
untuk kedua kalinya.[8] Hal ini umumnya sangat
fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak
ditangani dengan tepat dan cepat.[8] Durasi syok itu sendiri
sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok
terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan
cairan tubuh dilakukan dengan tepat.[7] Dalam waktu 2-3 hari,
pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan
tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.[7]
Uji ELISA dapat dilakukan untuk
mendeteksi adanya interaksi antigen dan antibodi terhadap virus dengue.
Penyakit demam berdarah
didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, seperti demam tinggi dan
munculnya ruam..[9] Namun, karena gejala
penyakit demam berdarah kadangkala sulit dibedakan dengan penyakit malaria,
leptospirosis, maupun demam tifoid maka biasanya pekerja medis atau dokter akan
terlebih dahulu mengecek sejarah kesehatan dan perjalanan pasien untuk mencari
informasi kemungkinan pasien tergigit nyamuk.[9] Selain itu untuk
mendapatkan ketepatan diagnosis yang lebih tinggi umumnya dilakukan berbagai
uji laboratorium.[10][9]Beberapa tes yang biasanya dilakukan adalah studi
serologi untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue di tubuh
pasien, menghitung titer antibodi terhadap virus dengue, dan penghitungan sel
darah lengkap (sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit).[10] Selain itu, uji
laboratorium lain yang dapat dilakukan adalah uji inhibisi hemaglutinasi, uji ELISA, dan reaksi berantai polimerasereverse transcriptase
untuk mendeteksi antigen, antibodi, atau asam nukleat spesifik terhadap virus
dengue.[9] Uji-uji tersebut dapat
memakan waktu beberapa hari.[9]
Pengasapan atau foggingbermanfaat membunuh nyamuk Aedesdewasa untuk mencegah
penyebaran demam berdarah.
Hingga kini, belum ada
vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini.[11] Tindakan paling efektif
untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan
sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue.[11][12] Pengendalian nyamuk
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:[1]
·
Lingkungan
Pencegahan demam
berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan
menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,
mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup
dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas
dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.[1]
·
Biologis
Secara biologis, vektor
nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan
jentik dan bakteri.[1]
·
Kimiawi
Pengasapan (fogging)
dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada
tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu
dapat juga digunakan larvasida.[1]
Selain itu oleh karena
nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan
adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau
minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi
tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah.[12] Selain itu, segeralah
berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang
menjadi semakin parah.[12]
Obat yang mengandung
acetaminofen, misalnya tilenol, sangat disarankan bagi penderita demam berdarah
untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam.
Sampai saat ini belum
ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah.[9] Banyak orang yang sembuh
dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu.[13] Tindakan pengobatan yang
umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah
pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi
akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya
tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat.[9] Aspirin dan obat anti
peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat
meningkatkan risiko pendarahan.[9] Bagi pasien dengan demam
berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di
rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta
transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.[9]
Seseorang yang terkena
demam berdarah juga harus dicegah terkena gigitan nyamuk, karena dikhawatirkan
dapat menularkan virus dengue kepada orang lain yang sehat.[9]
Demam berdarah diyakini
merupakan salah satu penyakit yang sudah ada lama di dunia.[11] Jejak rekam mengenai
penyakit dengan gejala yang serupa telah ditemukan di ensiklopedia medis dari
Cina tertanggal tahun 992.[11] Seiiring dengan
perkembangan global di bidang pelayaran dan industri pengiriman barang melalui
laut di abad ke 18 dan 19, kota-kota pelabuhan bertambah dengan pesat dan
menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi
penyakit demam berdarah.[11] Nyamuk dan virus yang
berperan dalam penyakit ini terus menyebar ke berbagai daerah baru dan telah
menyebabkan banyak epidemi di seluruh dunia.[11] Salah satu epidemi demam
berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara.[11]
Laporan resmi pertama
mengenai pasien yang terjangkit penyakit serupa demam berdarah terjadi pada tahun
1779.[3]
Belum adanya vaksin atau
obat antivirus bagi virus dengue membuat demam berdarah menjadi salah satu
penyakit yang mendapatkan perhatian sangat serius secara global.[11]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar