Siapa sih yang tak kenal asam cuka, pasta gigi, dan garam dapur? Hampir semua orang tahu. Cuka biasa digunakan untuk memasak atau sebagai bumbu pelengkap ketika kalian makan bakso, pasta gigi untuk menggosok gigi, sedangkan garam dapur untuk memasak. Ketiga bahan tersebut memiliki sifat keasaman/kebasaan yang berbeda. Cuka bersifat asam, pasta gigi bersifat basa, dan garam bersifat netral. Jika asam dan basa bereaksi maka akan menghasilkan garam dan air. Reaksi ini sering disebut dengan reaksi penetralan. Akan tetapi, tidak berarti garam yang dihasilkan selalu bersifat netral karena kenyataannya larutan garam dapat bersifat asam ataupun basa. Mengapa larutan garam dapat bersifat asam, basa, atau netral? Komponen apa yang memengaruhinya? Hal ini dijelaskan melalui konsep hidrolisis berikut.
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dengan basa. Jika dilarutkan dalam air maka larutan garam dapat terhidrolisis menjadi ion-ionnya, sehingga dari reaksi ionisasi tersebut dapat diketahui sifat garamnya. Tetapi, tidak semua jenis garam dapat terhidrolisis menjadi ion-ionnya. Hanya jenis garam dengan ciri-ciri tertentu saja yang dapat terhidrolisis dalam air. Seperti pada reaksi penyangga, pada reaksi hidrolisis juga berlaku prinsip kesetimbangan. Dengan menggunakan prinsip kesetimbangan tersebut„ kalian dapat menentukan hubungan antara tetapan hidrolisis (Kh), tetapan ionisasi air (Kw), dan konsentrasi OH- atau H+ larutan garam yang terhidrolisis. Dengan demikian, kalian dapat menghitung pH hidrolisis garam. Untuk memahami lebih lanjut apa yang dimaksud dengan hidrolisis garam, ayo pelajari sungguh-sungguh uraian berikut.
1. Sifat-sifat Garam
Sifat garam tergantung pada kuat lemahnya asam dan basa yang bereaksi. Jika yang direaksikan asam kuat dan basa kuat, maka garam yang terbentuk bersifat netral, contohnya NaCl dan K2SO4. Apabila yang direaksikan asam kuat dengan basa lemah, maka garam yang dihasilkan bersifat asam, contohnya NH4Cl dan (NH4)2SO4. Namun jika yang direaksikan adalah basa kuat dengan asam lemah, maka garam yang dihasilkan akan bersifat basa, misalnya Na2CO3 dan KF.
Asam lemah dan basa lemah tidak mengion sempurna dalam air karena reaksi ionisasinya membentuk sistem
kesetimbangan. Sehingga asam lemah atau basa lemah mempunyai derajat ionisasi kurang dari satu (a < 1).
Sama halnya dengan larutan asam dan basa, maka garam ketika dilarutkan dalam air juga mengalami penguraian menjadi ion-ion pembentuknya. Ikutilah penjelasan tentang konsep hidrolisis berikut, untuk mengetahui proses terurainya garam menjadi ion-ion.
2. Pengertian Hidrolisis [1]
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
2.1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.
Contoh :
2.2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)
Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi
SO42– + H2O → tidak terjadi reaksi
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
2. Pengertian Hidrolisis [1]
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan membentuk senyawa garam. Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
2.1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya.
Contoh :
CH3COO– + H2O → CH3COOH + OH–
NH4+ + H2O → NH4OH + H+2.2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)
Na+ + H2O → tidak terjadi reaksi
SO42– + H2O → tidak terjadi reaksi
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah. Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
3. Konsep Hidrolisis
Salah satu contoh reaksi antara asam dengan basa yang menghasilkan garam adalah reaksi CH3COOH dengan NaOH. Hasil reaksi tersebut adalah CH3COONa yang mempunyai sifat basa. Bagaimana kita dapat mengetahui garam tersebut bersifat basa, padahal jika dilarutkan dalam air tidak menghasilkan ion OH-? CH3COONa jika dilarutkan dalam air akan mengalami ionisasi menghasilkan ion CH3COO- dan Na+. Ion Na+ tidak bereaksi dengan air karena berasal dari basa kuat. Lain halnya dengan ion CH3COO- yang dapat bereaksi dengan air karena berasal dari asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
CH3COO-(aq) + H2O(l) D CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Dari reaksi ini dihasilkan ion OH-, dan hal inilah yang menyebabkan CH3COONa bersifat basa. Proses ini disebut hidrolisis.
Reaksi hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu senyawa dan air dengan membentuk reaksi kesetimbangan.
Menurut konsep hidrolisis, anion atau kation penyusun garam yang berasal dari asam lemah atau basa lemah dapat bereaksi dengan air. Kation dari basa lemah menghasilkan ion H+ dan anion dari asam lemah menghasilkan ion OH-.
CH3COOH, yang memiliki nama trivial asam cuka, mempunyai kegunaan yang cukup luas, antara lain larutan encernya (20 - 25%) digunakan sebagai pemberi rasa pada makanan, untuk proses pewamaan kain dalam industri tekstil, sebagai pengawet sayuran dan buah, dan untuk menggumpalkan getah karet. (Mulyono, 2006, hlm. 29
4. Percobaan / Praktikum Mempelajari Sifat Berbagai Jenis Larutan Garam
A. Dasar Teori
Reaksi antara asam dan basa menghasilkan suatu garam. Garam tersebut dapat memiliki sifat asam, basa, atau netral. Hal itu tergantung pada jenis asam dan basa pembentuknya. Garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah bersifat asam, sedangkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat bersifat basa.
Untuk mengetahui pH suatu garam dapat digunakan beberapa indikator, seperti halnya pada pengukuran pH larutan asam maupun basa. Salah satu contoh indikator adalah kertas lakmus. Namun kertas lakmus ini tidak dapat menunjukkan pH secara kuantitatif, melainkan hanya secara kualitatif, yakni apakah garam itu bersifat asam ataukah basa. Adapun alat yang digunakan untuk mengetahui pH secara kuantitatif adalah pH meter. (Syukri, 1999, hlm. 444.)
Lakmus merupakan pigmen biru yang diperoleh dari sejenis tumbuhan lumut (Roccella tinctoria), berwarna biru dalam kondisi (larutan) basa dan berwarna merah dalam suasana (larutan) asam. Lakmus ini biasa digunakan sebagai indikator asam basa. (Mulyono, 2006, him. 247)
B. Tujuan Percobaan
Menentukan ciri-ciri garam yang dapat terhidrolisis dalam air sena mempelajari pengaruh reaksi hidrolisis terhadap pH larutan garam
C. Alat dan Bahan Percobaan
Alat Percobaan :
- Kertas lakmus
- pH meter
- Gelas ukur 25 mL
- Erlenmeyer 25 mL
Bahan Percobaan :
- Larutan NH4CN
- Larutan NaCl
- Larutan CH3COONa
- Larutan NaNO3
- Larutan Na2SO4
D. Langkah Percobaan
- Ukurlah masing-masing larutan garam sebanyak 20 mL, kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
- Ujilah setiap larutan dengan kertas lakmus, kemudian ukurlah masing-masing pH larutan dengan pH meter. Catatlah hasilnya pada tabel hasil pengamatan.
WARNING :
Pada setiap kemasan bahan kimia selalu disertai dengan "peringatan". Untuk menghindari bahaya yang tidak diinginkan, ikutilah petunjuk penggunaan dan perlakuan lainnya sesuai yang tercantum pada label.
E. Hasil Percobaan
Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan
No.
|
Garam
|
Lakmus Merah
|
Lakmus Biru
|
pH
|
Sifat Larutan
|
1.
|
NH4CN
| ||||
2.
|
NaCl
| ||||
3.
|
CH3COONa
| ||||
4.
|
NaNO3
| ||||
5.
|
Na2SO4
|
F. Pembahasan
Untuk memperjelas percobaan ini, jawablah pertanyaan berikut.
- Sebutkan garam mana saja yang memiliki sifat asam, basa, dan netral.
- Sebutkan garam mana saja yang mengalami hidrolisis.
- Sebutkan ciri-ciri garam yang dapat terhidrolisis.
- Adakah kaitan sifat asam dan basa terhadap kemampuan hidrolisis garam? Jika ada, jelaskan.
G. Kesimpulan
Diskusikan hasil percobaan dengan kelompok kalian. Lalu, tulis hasilnya dalam format laporan percobaan.
Pada percobaan di atas, kalian dapat mengetahui pH larutan garam dengan menggunakan pH meter. Selain dengan menggunakan instrumen, pH larutan garam juga dapat ditentukan secara teoritis. Bagaimana caranya? Perhatikanlah uraian selanjutnya.
5. Jenis Garam yang Dapat Terhidrolisis dan Cara Menghitung pH-nya
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, tidak semua garam dapat terhidrolisis, tergantung dari kekuatan asam basa pembentuknya. Hal ini juga telah kalian buktikan melalui percobaan di atas. Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak dapat terhidrolisis karena komponen garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat merupakan asam atau basa konjugasi yang sangat lemah, dan tidak dapat mengikat molekul air, sehingga garam ini mempunyai pH yang netral (pH = 7). Garam yang dapat terhidrolisis adalah garam dari asam kuat dengan basa lemah, asam lemah dengan basa kuat, dan asam lemah dengan basa lemah. Berikut dijelaskan cara menghitung pH hidrolisis.
4.1. Garam yang Terbentuk dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Contoh garam yang berasal dari asam kuat dengan basa lemah adalah NH4Cl dan AgNO3. Jika dilarutkan dalam air, garam ini akan menghasilkan kation yang berasal dari basa lemah dan anion dari asam kuat. Kation kemudian bereaksi dengan air menghasilkan ion H+. Semakin banyak kation yang bereaksi dengan air, maka jumlah ion H+ semakin bertambah, sehingga larutan hasil hidrolisis akan bersifat semakin asam (pH < 7).
Suatu larutan NH4Cl dilarutkan dalam air, maka akan terjadi reaksi ionisasi sebagai berikut.
NH4Cl(aq) → NH4+(aq) + Cl–(aq) .............................................. (1)
Ion NH4+ berasal dari basa lemah yang merupakan asam konjugasi dari NH3 sehingga akan bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan berikut.
NH4+(aq) + H2O(aq) D NH4OH(aq) + H+(aq) ......................... (2)
Reaksi hidrolisis di atas menghasilkan ion H+, sehingga larutan bersifat asam. Karena garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah, yang akan mengalami hidrolisis hanya kationnya (NH4+). Maka NH4Cl hanya mengalami hidrolisis sebagian. Dari reaksi (2), berlaku kesetimbangan:
Kc = ......................................................... (3)
Karena air sebagai pelarut, maka konsentrasinya besar dan dapat dianggap konstan.
Kc [H2O] = Kh = ................................................... (4)
Dalam reaksi kesetimbangan (2), [H+]= [NH4OH] sedangkan [NH4+] = [NH4Cl] = [G], sehingga:
[H+] = ....................................................................... (5)
Nilai Kh pada persamaan (5) ada hubungannya dengan Kb. Karena yang terhidrolisis basa lemah maka persamaannya dapat diturunkan sebagai berikut:
Kh =
Kh = . [H+] [OH–] ................................................. (6)
Ingat, bahwa reaksi ionisasi NH4OH adalah:
NH4OH(aq) → NH4+(aq) + OH–(aq), sehingga:
Kb = = =
Ingat juga [OH–] [H+] = Kw, sehingga persamaan (6) dapat ditulis:
Kh = Kw / Kb ............................................................................. (7)
Dari persamaan (5) dan (7), kalian akan memperoleh persamaan berikut:
[H+] =
log [H+] = ½ log Kw – ½ log [G] + ½ log Kb
pH = ½ (pKw – pKb – log [G])
Karena pH = 14, maka:
pH = ½ (14 – pKb – log [G])
Keterangan :
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan ionisasi air (10–14)
Kb : tetapan ionisasi basa lemah
[G] : konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Contoh :
Hitunglah pH larutan (NH4)2SO4 0,1 M. (Kb NH3 pada suhu tertentu = 1 x 10–5)
Penyelesaian:
Diketahui: [(NH4)2SO4] = 0,1 M
Kb NH3 = 1 x 10–5
Ditanyakan: pH larutan (NH4)2SO4
Jawaban :
(NH4)2SO4 adalah garam dari asam kuat dan basa lemah. Ingat, karena yang kuat menentukan sifat garam dalam air, maka garam bersifat asam, artinya ada ion H+.
(NH4)2SO4
|
→
|
2NH4+
|
+
|
SO42-
|
0,1 M
|
0,1 M
|
[H+] =
[H+] =
[H+] = = 1,4 x 10–5
pH = – log 1,4 x 10–5 = 4,85
Jadi, pH larutan (NH4)2SO4 adalah 4,85.
Ingat :
Log an = n log a
Ingat :
Log an = n log a
4.2. Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Contoh garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat antara lain CH3COOK, CH3COONa, dan NaCN. Jika garam tersebut dilarutkan dalam air, maka akan menghasilkan kation dari basa kuat dan anion yang berasal asam lemah. Anion kemudian akan bereaksi dengan air menghasilkan ion OH–. Bertambahnya ion OH– ini akan menyebabkan larutan bersifat data (pH > 7).
Jika larutan garam CH3COONa dilarutkan dalam air, maka akan mengalami ionisasi sebagai berikut.
CH3COONa(aq) D Na+(aq) + CH3COO-(aq) ......................... (1)
Ion CH3COO- yang merupakan basa kojugasi dari asam lemah CH3COOH akan bereaksi dengan air membentuk reaksi kesetimbangan sebagai berikut:
CH3COO-(aq)+ H2O(aq) D CH3COOH(aq) + OH-(aq) ....... (2)
Reaksi hidrolisis di atas menghasilkan ion OH- sehingga larutan bersifat basa. Karena hanya anion (CH3COO-) yang terhidrolisis, maka CH3COONa hanya mengalami hidrolisis sebagian.
Dari reaksi (2) di atas, berlaku kesetimbangan sebagai berikut:
Dalam kesetimbangan berlaku Kc = ............................(3)
Karena air sebagai pelarut, maka konsentrasinya besar dan dapat dianggap konstan :
Kc [H2O] = Kh = ......................................................(4)
Dalam kesetimbangan, [CH3COOH] = [OH-] dan [CH3COO-] = [CH3COONa] = [G], sehingga;
Kh = = ..................................................(5)
[OH-] = ........................................................(6)
Nilai Kh pada persamaan (5) memiliki hubungan dengan asam lemah. Karena yang terhidrolisis asam lemah, maka persamaannya dapat diturunkan sebagai berikut.
Kh =
Kh = [OH-] [H+] ............................................ (7)
Ingat reaksi ionisasi CH3COOH :
CH3COOH(aq) → H+(aq) + CH3COO–(aq)
Ka = ; =
Ingat juga :
Kw = [OH-] [H+] ; sehingga persamaan (7) dapat ditulis:
Kh = Kw / Ka .......................................................................................... (8)
Dari persamaan (6) dan persamaan (8), kalian dapat memperoleh persamaan berikut:
[OH-] =
– log [OH-] = – ½ log pKw – ½ log pKa + ½ log [G]
pOH = – ½ (pKw – pKa – log [G])
pH = pKw – pOH = ½ (pKw + pKa + log [G])
Karena pKw = 14, dan [G] = konsentrasi garam yang terhidrolisis, maka:
pH = ½ (14 + pKa + log [G])
Keterangan :
Kw : tetapan ionisasi air (10–14)
Ka : tetapan ionisasi asam lemah
[G] : konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Contoh :
Berapa pH larutan yang terbentuk pada hidrolisis garam NaCN 0,01 M, jika diketahui Ka HCN = 1 x 10–10?
Penyelesaian :
Diketahui :
[NaCN] = 0,01 M
Ka HCN = 1 x 10–10
Ditanyakan: pH larutan NaCN.
Pembahasan :
NaCN adalah garam dari asam lemah dan basa kuat. Jangan lupa yang kuat menentukan sifat garam dalam air. Jadi, garam bersifat basa, artinya memiliki ion OH-.
NaCN
|
→
|
Na+
|
+
|
CN-
|
0,1 M
|
[OH-] = = = 10–3
pOH = - log [OH-] = - log 10–3 = 3
pH = 14 - 3 = 11
Jadi, pH larutan NaCN adalah 11.
4.3. Garam yang Terbentuk dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Jika dimasukkan dalam air, garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah akan terhidrolisis seluruhnya. Ion garam yang terbentuk akan bereaksi dengan air den menghasilkan suatu senyawa asam dan basa yang baru, misalnya CH3COONH4 den Al2S3 mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian, nilai pH-nya tergantung pada harga Ka dan Kb.
Dengan cara yang sama seperti pada garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah ataupun garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat, maka dapat diperoleh :
[H+] =
pH = ½ (14 + pKa - pKb)
Keterangan:
Kw : tetapan ionisasi air (10–14)
Ka : tetapan ionisasi asam lemah
Kb : tctapan ionisasi basa lemah
[G] : konsentrasi ion garam yang terhidrolisis
Berdasarkan rumus di atas, pH larutan garam terhidrolisis ternyata tergantung pada besarnya tetapan ionisasi asam lemah (Kb) atau tetapan ionisasi basa lemah (Kb) dari asam pembentuknya, den tidak tergantung pada besarnya ion-ion yang terurai.
Contoh Soal :
Berapa pH larutan yang terbentuk pada hidrolisis garam (NH4)2CO3 0,1 M jika Ka H2CO3 = 1 x 10-8 dan Kb NH4OH = 1 x 10-5?
Penyelesaian:
Diketahui:
[(NH4)2CO3] = 0,1 M
Ka H2CO3 = 1 x 10-8
Kb NH4OH = 1 x 10-5Ditanyakan: pH larutan (NH4)2CO3
Jawaban :
(NH4)2CO3 adalah garam dari asam lemah dan basa lemah. Jadi, pH tergantung pada Ka dan Kb.
Reaksi :
(NH4)2CO3
|
→
|
2NH4+
|
+
|
CO32-
|
0,1 M
|
[H+] = = = 3,16 x 10-9
pH = log [H+] = - log 3,16 x 10-9 = 8,5
Jadi, pH larutan (NH4)2CO3 adalah 8,5
Tips :
Dalam mencari pH suatu larutan yang dibuat dengan mencampurkan asam dengan basa, rumus pH yang kita gunakan sangat tergantung pada komposisi campuran pada akhir reaksi. Ada 4 kemungkinan komposisi campuran:
1 .Jika asam kuat dan basa kuat yang dicampurkan tidak tersisa (habis bereaksi), maka yang terbentuk adalah larutan garam netral, berarti pH = 7.
2. Jika asam lemah dan basa kuat atau basa lemah dan asam kuat yang dicampurkan tidak tersisa (habis bereaksi), maka yang terbentuk adalah larutan garam yang berasal dari yang lemah (hidrolisis). Begitu pula kalau campuran tersebut dari asam lemah dan basa lemah.
3. Jika asam lemah dan basa kuat atau basa lemah dan asam kuat yang dicampurkan terdapat sisa asam lemah atau basa lemah pada akhir reaksi, maka yang terbentuk adalah larutan penyangga.
4. Jika terdapat sisa asam kuat atau basa kuat, maka yang terbentuk adalah larutan asam kuat atau larutan basa kuat.
Anda sekarang sudah mengetahui Hidrolisis Garam. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
Referensi Lainnya :
[1] Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274.
Anda sekarang sudah mengetahui Hidrolisis Garam. Terima kasih anda sudah berkunjung ke Perpustakaan Cyber.
Referensi :
Premono, S. A. Wardani, dan N. Hidayati. 2009. Kimia : SMA/ MA Kelas XI. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 282.
Referensi Lainnya :
[1] Utami, B. A. Nugroho C. Saputro, L. Mahardiani, S. Yamtinah, dan B. Mulyani. 2009. Kimia 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI, Program Ilmu Alam. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 274.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar