Bermain forex trading online harus sabar dan teliti dalam menganalisa pergerakan nilai tukar valuta asing.
Semua penuh dengan resiko tinggi, jadi jika tidak menguasai lebih baik segera jangan coba-coba. Jangankan trader pemula, trader yang sudah lihai dan berpengalaman beberapa tahun pun bisa mengalami LOSS/rugi besar. Namun dari mereka selalu di ikuti oleh rasa penasaran yang tinggi.
Untuk pemain Forex trading (trader) harus mengetahui kondisi mata uang suatu negara berubah naik atau turun. Karena lebih baik main forex tradingnya jangan asal-asalan.
Kondisi mata uang suatu negara akan selalu berubah-ubah, sehingga ini dimanfaatkan oleh para trader untuk memperoleh profit/untung. Kapan naiknya dan kapan turunnya, berapa poinnya sampai diharga berapa? Tidak ada satu orang pun yang bisa mengetahuinya, mereka semua hanya bisa memprediksi dan menganalisa pasar saja. Sebagai contoh: Kapan nilai tukar rupiah naik/turun terhadap Dollar AS? Diharga berapa? Kapan nilai tukar mata uang Pound, Yen, Euro naik/turun? diharga berapa?
Itulah pasar valas didunia.
Berikut ini adalah 6 Faktor Yang Mempengaruhi pergerakkan Nilai Tukar Mata Uang Suatu Negara Naik/Turun:
1. Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
2. Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
4. Hutang publik (Public debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Ratio harga ekspor dan harga impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
6. Kestabilan politik dan ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
Source: www.investopedia.com : 6 Factors That Influence Exchange Rates, by Jason Van Bergen
Demikian bahasan tentang 6 Faktor penyebab nilai kurs mata uang negara berubah naik turun. Semoga berguna.
Semua penuh dengan resiko tinggi, jadi jika tidak menguasai lebih baik segera jangan coba-coba. Jangankan trader pemula, trader yang sudah lihai dan berpengalaman beberapa tahun pun bisa mengalami LOSS/rugi besar. Namun dari mereka selalu di ikuti oleh rasa penasaran yang tinggi.
Untuk pemain Forex trading (trader) harus mengetahui kondisi mata uang suatu negara berubah naik atau turun. Karena lebih baik main forex tradingnya jangan asal-asalan.
Kondisi mata uang suatu negara akan selalu berubah-ubah, sehingga ini dimanfaatkan oleh para trader untuk memperoleh profit/untung. Kapan naiknya dan kapan turunnya, berapa poinnya sampai diharga berapa? Tidak ada satu orang pun yang bisa mengetahuinya, mereka semua hanya bisa memprediksi dan menganalisa pasar saja. Sebagai contoh: Kapan nilai tukar rupiah naik/turun terhadap Dollar AS? Diharga berapa? Kapan nilai tukar mata uang Pound, Yen, Euro naik/turun? diharga berapa?
Itulah pasar valas didunia.
Berikut ini adalah 6 Faktor Yang Mempengaruhi pergerakkan Nilai Tukar Mata Uang Suatu Negara Naik/Turun:
1. Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya.
2. Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
3. Neraca perdagangan
Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
4. Hutang publik (Public debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
5. Ratio harga ekspor dan harga impor
Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.
6. Kestabilan politik dan ekonomi
Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut.
Source: www.investopedia.com : 6 Factors That Influence Exchange Rates, by Jason Van Bergen
Demikian bahasan tentang 6 Faktor penyebab nilai kurs mata uang negara berubah naik turun. Semoga berguna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar